Untuk menguraikan karakter dasar Iblis sehingga ia menjadi pembangkang maka diperlukan penelusuran dari hakikat penciptaan dirinya yang tercantum dalam QS 18:51. Fakta Iblis tidak mengetahui penciptaan alam semesta maupun dirinya (QS 18:51) maka ia sebenarnya ia TIDAK mempunyai Cinta dan Kasih Sayang sebagai suatu sifat dasar yang menetap dalam dirinya. Karena Allah menciptakan semua makhluk dengan “Basmalah” dan “Kun fayakuun”, sejatinya kalau Iblis mengerti dirinya sendiri dan penciptaan dirinya maka iapun harus memahami cinta karena cinta adalah kepatuhan terhadap yang dicinta.
Namun, ia masih menerima rahmat sebagai suatu anugerah dari Allah berupa kehidupan dengan kehendak bebas yang terbatas karena rahmat Allah tidak pandang bulu. Keterbatasan kehendak bebasnya muncul karena esensi dirinya yang dari api, bersifat tidak stabil, berubah-ubah bentuk, dan yang penting TIDAK MEMPUNYAI WADAH YANG MAMPU MENAMPUNG PENGETAHUAN Tuhan secara optimum alias AKALNYA TIDAK BISA DIKEMBANGKAN LEBIH JAUH, alias BODOH DAN BEBAL. Iapun kemudian terputus dari rahmat dan ampunan Tuhan (QS 108:3, 29:23, 11:119).
Karena fakta yang muncul baik dari sifat dasar maupun esensi dasarnya, maka yang tumbuh pada Iblis secara inheren adalah KEBENCIAN karena tidak adanya CINTA dan KEBODOHAN karena pengetahuannya yang terbatas. Dalam arti, bahkan pengetahuan tentang dirinya pun sangat terbatas dan tidak tahu. Dalam bahasa yang lebih fisikal dan terpahami oleh sains maka boleh jadi karena esensinya adalah panas atau asap api, maka Iblis dan Jin adalah makhluk yang bersifat gas atau energi, berfrekuensi lebih kecil dari frekuensi cahaya tampak, cenderung mengelompok pada wilayah tertentu baik yang bersifat lembab, atau antara keduanya, mempunyai sifat dasar mempengaruhi daya angan-angan dan khayal bagi yang berkelindan dengannya, yang disusupinya, atau yang dikawininya. Contoh yang nyata bagi manusia adalah penggunaan obat-obatan psikoterapis, rangsangan berlebihan melalui minuman keras, atau melalui asupan makanan dan minuman yang mengandung unsur-unsur tertentu baik dari segi dzatnya maupun perolehannya. Dan dorongan itu merupakan manifestasi dari tujuan awalnya sejak semula ia membangkang yang muncul karena BODOH DAN BENCI YANG TERPADU.
Ketika manusia belum diciptakan, IBLIS BERIBADAH DENGAN TAKLID BUTA sebagai bukti ia mematuhi Tuhan. Namun, karena ia tidak mengetahui kenapa harus mematuhi (Ia bebal), maka ia lebih banyak mengandalkan pada jumlahan atas amal ibadahnya semata dan pada esensi dasarnya (apinya) yang memunculkan RIYA dimana ia merasa paling suci, taat beribadah, dan ujub lainnya. Kebodohannya menyebabkan ia tidak memahami ilmu pengetahuan dengan utuh, ia tidak tahu kenapa harus mematuhi, ia tidak mengerti hakikat ibadahnya, hakikat dirinya karena tidak mengetahui penciptaan alam semesta dan dirinya sendiri. Dari kebodohan yang demikian, ketika ia perbandingkan dengan makhluk lainnya yang muncul adalah KESOMBONGANNYA dengan bersandarkan kepada keapiannya. Ini persis manusia yang bodoh tetapi sombong karena hanya mengandalkan pada bentuk fisikal dan kekayaannya semata.
Dari dua sifat dasar BODOH dan BENCI lahirlah sifat-sifat lainnya, yang muncul ketika Iblis melihat makhluk-makhluk lainnya. Ketika ia sandingkan dirinya dengan malaikat, ia tidak melihat suatu alasan yang pasti dan tepat untuk menolak perintah Tuhan. Karena, ketika ia melihat malaikat, ia tidak melihat esensi (atau materi) yang tidak lebih baik dari dirinya. Malaikat dari cahaya, ia dari api, nyaris sama. Kalau ia menolak perintah Tuhan dengan alasan bahwa ia lebih mulia dari malaikat, maka bagi akalnya yang terbatas itu tidak tepat. Akal Iblis memang hanya mampu membedakan sebatas “jeruk dengan jeruk” dari kejauhan (atau sebagai pengamat). Maka ia tidak bisa membedakan jeruk nipis, dengan jeruk bali atau yang lainnya. Bagi Iblis, semua jeruk sama saja – artinya IBLIS TIDAK MEMPUNYAI PENGETAHUAN DETAIL, TIDAK BISA MEMBEDAKAN tentang APA , MENGAPA, BAGAIMANA, JADI APA, MAU APA, MAU KEMANA. Iblis tidak mengetahui pengetahuan tentang rahmat, kasih sayang, dan Tuhan, sehingga ia pun tidak mengetahui bahwa kesalehan dan ketulus ikhlasan dengan penghambaan adalah tabir rahasia untuk menyingkap hakikat Tuhan, bukan dengan keujuban atau kesombomgan, bukan semata-mata dengan berapa banyak, berapa lama. Tuhan adalah esensi spititual semua makhluk sehingga ia tidak tergantung kaidah sebab-akibat kemakhlukan. Baginya, ketiadaan makhluk adalah dia yang mengenal ke-Esa-annya. Jadi, IBLIS TIDAK MENGENAL ILMU TAUHID SEJATI.
Apa yang dimiliki Iblis dan Jin sebenarnya lebih tepat dikatakan MAUNYA – sebuah gerak yang muncul karena sifat-sifat esensi dasarnya. Atau bisa dikatakan NALURINYA semata dengan dominasi pada KEBODOHAN DAN KEBENCIAN. Sehingga karakter dasar lainnya yang muncul adalah “‘IBLIS DAN JIN TIDAK DAPAT DIPERCAYA DAN PENUH TIPU DAYA.” Dengan cara pandang sebagai pengamat inilah kemudian kita bisa melihat bahwa inilah karakter kesombongan lain bahwa IBLIS MAUNYA MENJADI PENGAMAT SEOLAH-OLAH DIA PALING SUCI NAN MULIA . Dalam arti khusus, kesadaran dirinya tidak ada dan kesimpulannya bersifat cenderung bersifat subyektif, KECONDONGANNYA adalah pada EGO dan MAUNYA ENAKNYA SAJA.
Sehingga dalam pemikiran Iblis, dirinya dan malaikat sama saja api dan cahaya tidak beda jauh sehingga “aku sebenarnya tidak lebih baik dari malaikat. Tak pantaslah aku menentang kehendak Tuhan”. Diam-diam, esensi dasar iblis KEBENCIAN DAN KEBODOHAN sudah merambah menjadi KETERPUTUSANNYA DENGAN RAHMAT Allah, satu aspek hal ini muncul karena ketidaktahuannya bahwa penciptaannya dimulai dari rahmat dan kasih sayang (tidak tahu Basmalah), satu aspek lagi keterputusannya dari rahmat karena bangga diri, ujub, dan RIYA. Ketika ia terputus dari rahmat Allah secara total maka ia pun PUTUS ASA muncullah KESOMBONGAN dengan bibit-bibit KEBENCIAN yang tumbuh menjadi IRI DAN DENGKI. Dari kristalisasi SOMBONG DAN TAKABUR DENGAN IRI DAN DENGKI Iblis diam-diam mempunyai kehendak untuk menjadi Tuhan – DIA INGIN MENUHAN?
Namun, kebodohan dan kebencian tidak akan mampu menembus hakikat tentang Tuhan dan penciptaan, maka Iblis pun terkelabui oleh hasratnya sendiri, oleh realitas kemakhlukannya sendiri yang BODOH dan PENUH KEBENCIAN, ketika Tuhan berfirman QS 2:33 :
“Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?”
Allah sudah memperingatkan dan membaca gejala Iblis yang diam-diam menyembunyikan suatu niat untuk menjadikan dirinya sendiri sebagai Tuhan. Tersirat bahwa “Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang tersembunyi maupun nyata” menjelaskan tentang kekuasaan Allah, yang sejauh ini tidak terpahami oleh IBLIS dan JIN karena kelemahannya sendiri. Pengetahuan penciptaan memang bukan wilayah Jin dan Iblis (QS 18:51). Makanya kaum mereka pun terkenal sebagaiTUKANG NGUPING pembicaraan dari LANGIT, berupaya mencegah hidayah dan rahmat Tuhan yang akan diturunkan kepada hamba-hambaNya yang diinginkan-Nya. Iblis dan anak cucunya masih melakukan tugas demikian, artinya sampai sekarang pun mereka (Iblis dan Setan) sejatinya memang bebal karena masih saja berupaya untuk MENCURI DENGAR sesuatu yang mustahil diperolehnya yaitu KEHENDAK ALLAH.
“dan Kami menjaganya dari tiap-tiap setan yang terkutuk, kecuali setan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang.(QS 15:17-18)”
Dengan melanggar perintah Tuhan, Iblis sebenarnya sudah tidak ridha dengan semua ketentuan Allah, ia telah melanggar batas-batasnya yaitu kadarnya sendiri, hal inilah yang menyebabkan Iblis menjauh dari Tuhan. Beberapa karakter dasar Iblis yang penting diketahui karena karakter demikian ternyata dapat muncul di diri manusia setelah dikawin Iblis/Jin adalah :
- Kebodohan atau tidak berilmu
- Kebencian
- Putus asa dari rahmat dan ampunan Tuhan
- Iri hati muncul dari kebencian dan putus asa
- Kesombongan dan takabur muncul dari kebodohan dan putus asa
- Angkuh dengan perbuatannya atau riya
- Ateis atau menyembah diri sendiri (menuhankan diri sendiri) dan syirik (menyekutukan Tuhan)
Dari sifat-sifat dasar ini kemudian muncul sifat-sifat lainnya :
- Penuh tipu daya dan licik,
- Pendusta (penuh kebohongan),
- Tidak bersahabat/Teman yang buruk,
- Kemiskinan ruhani sehingga ia mengira dunia tempat sempurna,
- Penuh prasangka dan keraguan,
- Keras kepala,
- Dan beberapa sifat lainnya.
sumber : http://atmonadi.com