RUQYAH ASWAJA TEMANGGUNG


RUQYAH ASWAJA TEMANGGUNG
Sekitar akhir desember 2018 lalu saya diminta oleh teman-teman calon praktisi ruqyah yang tergabung dalam Jam’iyah Ruqyah Aswa MWC NU Kaloran Temanggung yang baru-baru ini mengikuti pelatihan dan ijazah massal yang di Adakan oleh PC. NU Temanggung. Mereka meminta saya untuk memberikan wawasan dan berbagi pengalaman selama menjalani aktifitas ruqyah yang saya jalani sejak 2011.


Bagi pemula, praktek ruqyah tentu akan mengalami kebingungan dalam berbagai segi. Apa lagi prosesi pelatihan dan pengijazahan dalam waktu yang terbatas tentu tidak cukup untuk memberikan berbagai wawasan secara maksimal.

Setelah saya melihat buku panduan ruqyah yang mereka terima, sebenarnya sudah cukup untuk menuntun prkatisi dalam mempraktekkan ilmu yang telah diterima. Namun yang namanya pemula maklum jika banyak hal yang musti dimengerti dan di pahami dalam menjalankan ruqyah kepada pasien. Dan yang pasti mereka butuh dukungan dari saya agar jam’iyah Ruqyah hususnya di sekitar Kecamatan Kaloran dapat berjalan dengan baik.

RUQYAH “ASWAJA”

Kenapa menggunakan Ruqyah “ASWAJA” ? Begitu saya mengawali pertanyaan kepada mereka. Kemudian dijelaskan bahwa menggunakan kata aswaja dengan Nahdhotul Ulama sebagai penyelenggaranya adalah bentuk dari “perlawanan” sikap atas maraknya ruqyah di Indonesia yang kebanyakan didominasi oleh kelompok aliran faham wahabiy.

Kalau saya amati, ruqyah model aswaja ini sudah banyak dipraktekan oleh para ulama dan praktisi ruqyah sejak dulu. Hanya saja model ruqyah aswaja ini tidak terorganisir dan diliput oleh media. Sementara ruqyah yang sering ditayangkan di media kebanyakan adalah dari kalangan wahabiy.

Disamping itu, penyembuhan dengan menggunakan daya spiritual yang banyak dilakukan oleh kalangan aswaja di Indonesia kebanyakan menggunakan istilah “Ilmu Hikmah” yang dikembangkan oleh kalangan ahli bela diri dan kalangan ahli wirid beserta tirakat-tirakatnya. Para ulama kita juga sudah mempraktekkan ruqyah sejak dahulu kala. Banyak kalangan masyarakat kita yang memohon doa kepada para ulama untuk keperluan kesehatan dan keselamatan hidup. Kemudian diberikan air yang didoakan atau di berikan bacaan tertentu untuk diamalkan. Banyak yang merasakan hasil dari berkah para ulama tersebut.

Dari praktek-praktek penyembuhan yang sudah dilakukan para ulama dan praktisi seperti diatas sudah termasuk ruqyah. Hanya memang prakteknya tidak seperti praktek ruqyah yang sering kita saksikan yaitu dengan membacakan ayat-ayat alquran, zikir dan doa dalam waktu yang lama dan secara langsung didengarkan oleh pasien.

Kemudian penyelenggaraan ruqyah aswaja ini memang dimaksud untuk dakwah faham aswaja melalui media praktek ruqyah sebagaimana ruqyah wahabi yang juga mendakwahkan fahamnya melalui praktek ruqyah ini. Sebab secara amaliyah kedua kelompok ini memiliki banyak perbedaan pendapat yang berseberangan bahkan menjurus pada penetapan hukum bid’ah, khurafat, musyrik dan kufur. Oleh karena itu ruqyah aswaja yang diselenggarakan oleh NU ini juga tak lain adalah sebagai sarana edukasi dan dakwah kepada masyarakat agar tidak terpengaruh faham wahabi dengan tetap berprinsip pada jalur sunnah Rosulullah serta mengikuti jejak para sahabat nabi dan para ulama sunni.

PEMAPARAN PRAKTEK

Dalam sesi dialog bersama teman-teman calon praktisi ruqyah aswaja Kec. Kaloran ini saya memberikan beberapa tema pembahasan yaitu :
  • Ruqyah Sebagai Jalan Hidup
  • Cara Kerja Energi Ruqyah
  • Aplikasi dan Penanganan Kasus
  • Membangkitkan Energi Ruqyah
  • Dan berbagai pembahasan mengenahi kesurupan, jin, psikologi dll




Memang ruqyah dapat dipraktekan sebagai ikhtiyar untuk penyembuhan berbagai penyakit baik itu penyakit medis maupun non medis. Dalam banyak hal penyembuhan dapat terjadi dengan berbagai olah spiritual tak terkecuali dengan ruqyah ini.

RUQYAH SEBAGAI JALAN HIDUP
Kenapa ruqyah sebagai jalan hidup. Bagi saya ruqyah adalah alamiyah dan sunnatullah. Sejak kecil saya hidup dikalangan pesantren yang tak lepas dari mempelajari ilmu agama yang meliputi berbagai bidang ilmu, seperti ilmu fiqh, akhlaq, tasawuf dan tauhid dan lain-lain. Namun dari berbagai ilmu yang umum diajarkan dipesantren jarang sekali yang membahas tentang ruqyah secara husus. Bahkan praktek ruqyah hampir tidak diselenggarakan dikalangan pesantren sebagai sarana penyembuhan. Paling banter ada orang-orang husus saja yang memiliki ketrampilan olah energi dalam menangani kasus kesurupan atau menggunakan air yang telah didoakan. Namun jarang sekali yang meruqyah secara langsung pada pasien dengan bacaan ayat alquran maupun zikir seperti ruqyah yang berkembang pada umumnya. Itupun dilakukan hanya dalam menangani kasus-kasus non medis. Adapun penyakit medis yang terjadi dikalanga pesantren biasanya tetap menempuh jalan medis dengan berobat ke dokter dan puskesmas terdekat.

Ruqyah sebagai jalan hidup yang saya maksud juga berkaitan erat dengan apa yang mesti dilakukan seorang praktisi rukyah didalam menjalankan aktifitas hidup sehari-hari sebagai hamba Allah. Bagi saya sebenarnya tidak ada aktifitas husus sebagai praktisi ruqyah. Saya hanya menjalankan aktifitas sebagamana yang dilakukan kebanyakan para alumni pesantren. Menjalankan kewajiban dan berusaha mengikuti sunah Rosulullah saw serta menjalankan ajaran pesantren secara umum tak terkecuali adalah meruqyah. Jadi ruqyah bukan sebuah hal yang luar biasa dan merupakan ilmu aneh bahkan sebuah karomah. Saya katakan biasa sebab hal ini juga diajarkan Rosulullah sebagai sebuah jalan hidup. Kita diajarkan mendoakan orang sakit, dan dicontohkan di beberapa riwayat bagaimana Rasulullah meruqyah dirinya sendiri serta sebagian sahabat nabi yang meruqyah orang lain dengan membaca Al Fatihah. Sehingga amalan ruqyah tersebut sebenarnya sudah sangat mendasar didalam ajaran agama kita bahkan didunia pesantren dan aktifitas para santri.

Memang praktek ruqyah untuk bisa menimbulkan dampak penyembuhan dan kesehatan tidak bisa dilakukan sembarang orang meskipun mereka telah melakukan aktifitas seperti diatas. Sebab praktek ruqyah merupakan sebuah “ketrampilan” yang bisa dilatih dan digali bakatnya. Pada kenyataanya tidak semua orang yang membacakan ayat suci alquran maupun zikir dan doa kemudian memiliki dampak yang signifikan pada kesembuhan dan kesehatan. Padahal semua orang bisa membaca alquran, zikir dan berdoa. Maka kemudian praktek ruqyah adalah sebuah metode dan Karena ini adalah sebuah metode maka didalam prakteknya ada tatacaranya.

CARA KERJA ENERGI RUQYAH
Jika dipandang dari segi ibadah maka sebenarnya ruqyah adalah ajaran nabi yang bisa dilakukan semua umat Islam. Dengan membaca ayat dan doa serta zikir dengan diniatkan memohon kesembuhan maka praktek ruqyah sudah terjadi. Soal hasil maka diserahkan kepada Allah swt. Artinya sebagai laku ibadah kita sudah menjalankan ajaran agama dan tentu mendapat pahala.

Adapun untuk mengetahui efek ruqyah yang kemudian memiliki daya sembuh harus dikaji dari berbagai penelitian dan ujian. Sebab dari berbagai pengalaman praktek pada kenyataanya efek ruqyah memiliki daya sembuh yang berbeda-beda pada setiap pasien. Ini menunjukkan bahwa ruqyah hanya sebagai sebuah metode penyembuhan yang tingkat keberhasilanya tidak bisa diukur secara pasti. Jika kita melihat dari sisi ini maka kita bisa berkesimpulan bahwa ruqyah adalah salah satu cara dari berbagai cara dan metode penyembuhan yang ada di dunia ini.

Melihat dari sisi praktek ruqyah yang menggunakan bacaan ayat suci, zikir dan doa kita bisa menggolongkan metode penyembuhan dengan ruqyah ini sebagai bentuk penyembuhan spiritual. Dan sudah menjadi maklum bahwa ada banyak tradisi olah spiritual baik yang berbasis agama maupun tradisional sebagai sarana penyembuhan seperti halnya reiki, meditasi dll, sedangkan ruqyah merupakan tradisi dan ajaran agama Islam. Diberbagai tradisi dan kebudayaan ada pula yang menggabungkan antara olah spiritual dan kanuragan seperti yoga, tenaga dalam, serta olah pernafasan dan lain-lain.

Karena ruqyah adalah olah spiritual maka yang berperan disini adalah kekuatan batin yang meliputi hati dan pikian seorang praktisi. Dengan kondisi batin yang baik energi ruqyah akan memiliki dampak yang signifikan dalam meresonasi keadaan tubuh pasien yang sedang megalami ketidak seimbangan.

Banyak penelitian modern yang mencoba menggali metode penyembuhan spritual yang berdampak pada kesehatan fisik maupun jiwa. Untuk mengetahui berbagai infosmasi mengenahi efek spiritualiatas pada kesehatan silahkan baca-baca kajian di blog saya ini agar pembahasan pada kolom ini tidak terlalu panjang. Silahkan Klik di bawah ini :


dan masih banyak kajian yang bisa dibaca untuk menambah wawasan terkait penyembuhan spiritual.

APLIKASI DAN PENANGANAN KASUS
Di blog ini sudah banyak dibahas mengenahi aplikasi dan penanganan kasus. Ketika anda sudah menjadi praktisi ruqyah yang paling utama adalah bagaimana menghadapi pasien dengan sebaik mungkin. Bagi saya sebagai praktisi ruqyah dalam meruqyah pasien adalah kita mengajak berdoa bersama kepada Allah agar diberi kesehatan. Adapun efek dan dampak ruqyah baik saat prosesi ruqyah maupun setelahnya adalah urusan Allah swt. Oleh karena itu sikap kepasrahan bersama antara praktisi dan pasien haruslah singkron supaya ada keselarasan dalam niat dan tujuan. Sebab ruqyah hanyalah sebuah metode yang dampak dan efeknya akan berbeda-beda pada setiap orang.

Yang namanya metode itu tidak ada kaidah bakunya. Setiap praktisi memiliki ketrampilan sendiri dalam menanganai berbagai kasus. Bahkan tak jarang muncul cara tertentu pada saat prosesi ruqyah yang kemudian menunjukan hasil pada kesembuhan pasien. Yang terpenting pasien dikondisikan sebaik mungkin untuk mengantisipasi berbagai efek yang mngkin terjadi.

Tak jarang pasien mengalami berbagai reaksi saat diruqyah, entah itu muntah, tegang, panas, atau bahkan “kesurupan”. Semua itu terjadi tergantung keadaan masing kondisi pasien. Atau bahkan tidak ada reaksi apapun pada pasien yang sedang diruqyah. Dalam kondisi seerti ini baik praktisi maupun pasien tidak usah bingung. Lakukan saja prosesi sampai selesai dan sudahai jika dirasa cukup. Kita tidak usah menuntu apapun pada saat perosesi ruqyah. Sebab kita sedang dalam posisi berzikir dan berdoa agar diberi kesembuhan. Ingat manusia hanya berusaha sedangkan hasil adalah kuasa Allah.

Seorang praktisi ruqyah tidak usah menjanjikan apapun terhadap harapan pasien. Lakukan saja sebagai niat beribadah kepada Allah dan memberikan taushiyah terbaik bagi keadaan pasien selama mengalami cobaan dari Allah.

Banyak orang berpikir bahwa ruqyah identik dengan kesurupan dan penangnan gangguan gaib seperti sihir dan jin. Sehingga banyak orang salah sangka seolah orang yang diruqyah akan mengalalmi kesurupan. Hal inilah yang juga menjadi tugas penting para peruqyah untuk memberikan edukasi dan informasi yang baik mengenahi ruqyah. Kesalah pahaman ini menurut saya adalah akibat dari tayangan tv yang banyak beredar di media yang banyak menayangkan reaksi kesurupan pada saat diruqyah. Menurut saya para awak tv menayangkan kesurupan pada saat diruqyah ini untuk menunjukan reaksi yang nyata sehingga dapat menjadi tontonan yang menarik dimasyarakat. Sebab jika tidak ada reaksi yang nyata maka seolah-olah ruqyah tidak memiliki dampak apapun sehingga tidak menarik menjadi sebuah tontonan.

Intinya ruqyah tidak identik dengan kesurupan. Ruqyah dilakukan sebagai salah satu metode penyembuhan dengan jalan spiritual menurut tuntunan agama Islam. Oleh karena itu kegiatan ruqyah adalah kegiatan yang masuk kategori ibadah. Dengan demikian baik praktisi maupun paisen harus bisa menempatkan diri pada posisi beribadah kepada Allah agar diberi kesehatan dan perlindungan dengan mendasari dengan akhlaq dan tata cara yang baik dalam beribadah baik secara lahir maupun batin.


Ruqyah bukan satu-satunya jalan kesembuhan. Ruqyah hanyalah salah satu metode penyembuhan. Kesembuhan dapat ditempuh dengan berbagai cara yang baik dan halal. Oleh karena itu berbagai jalan kesembuhan harus disampaikan kepada pasien untuk mendapatkanya. Berikan saran yang baik dengan berobat kedokter, ahli pijat, makanan herbal dan prilaku hidup yang teratur. Dan yang tidak kalah pentingya adalah memberikan nasihat yang baik agar selalu beribadah kepada Allah. Sebab inilah jalan hidup yang paling utama yaitu tetap sabar dan beribadah kepada Allah. Percuma jika pasien sembuh namu tidak ada dampak yang baik pada sisi ibadahnya. Namun beruntunglah jika meskipun belum diberikan kesembuhan namun laku hidupnya tetap pada garis beribadah kepada Allah. Dan hal ini pula yang paling utama bagi praktisi ruqyah, yaitu mendakwahkan agama semampunya kepada orang yang ditemuinya. Dan sebaik-baik jalan adalah jalan menuju ridho Allah

MEMBANGKITKAN ENERGI RUQYAH
Secara mandiri bacaan ayat suci, zikir dan doa memang memiliki kekuatan tersendiri. Bahkan kata-kata, dan suara juga memiliki daya. Buktinya seseorang bisa lebih bergairah manakala diberikan kata-kata yang memotivasi. Demikian juga seseorang akan melemah manakala diberikan kata-kata sedih. Artinya setiap hal didunia ini memliki energi yang bisa diolah eleh manusia untuk berbagai kebutuhan.

Disamping ayat suci, zikir dan doa, yang tak kalah pentingnya adalah pelakunya. Kondisi seseorang memiliki daya yang berbeda terlebih dalam memberikan energi untuk kesembuhan. Karena ruqyah adalah jalur spiritual agama Islam maka ketaqwaan pelaku ruqyah akan memiliki pegaruh yang baik dalam meresonasi orang lain. Kita bisa saksikan banyak para ulama dan para wali Allah yang hanya dengan membaca bebrapa ayat dan doa sudah cukup memberi dampak kesembuhan bagi para pasien. Meskipun kita juga tidak menutup mata bahwa diluar sana banyak metode penyembuhan yang tidak mendasari dengan ketaqwaan. Tentunya hal ini bagi umat Islam akan bisa menilai bahwa apa yang terjadi semua adalah kehendak Allah. Namun standar agama memiliki cara nilai tersendiri bahwa kebenaran bukan dilihat pada hasil tetapi kebenaran dilihat dari sisi cara dan ikhtiyarnya.  Jika cara dan ikhtiyarnya benar menurut agama maka sekalipun belum berhasil kita mendapat pahala. Sebaliknya jika meskipun keberhasilan bisa diraih dengan cara yang tidak dibenarkan agama maka akan mendapat dosa dan murka Allah. Inilah yang membedakan ikhtiyar yang berlandaskan keimanan dan yang tidak.

Oleh karena itu seorang praktisi ruqyah tidak usah heran dan kagum melihat berbagai fenomena luar bisasa yang kadang muncul dimasyarakat terkait metode penyembuhan secara spiritual yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak melandasi dirinya dengan akidah dan syariat Islam. Sebab bagi kita meraka sedang menerima istidroj atau ujian “kenikmatan dan kebanggaan” dari Allah.

Dalam sesi membangkitkan energi ruqyah bagi saya tidak lain adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah dengan zikir, wirid serta laku taqwa setiap harinya. Sebab dengan ketaqwaan yang baik akan mengkondisikan diri kita selaras dengan apa yang dikehendaki Allah. Keselarasan ini memiliki kekuatan yang luar biasa bagi daya hidup seseorang. Bahkan kekuatanya dapat mempengaruhi kondisi orang lain dan alam sekitar.

Ketaqwaan ini tentunya meliputi keadaan lahir dan batin sekaligus. Lahiriyahnya kita selalu berusaha menjalankan syariat dengan sebaik-baiknya sementara batiniyahnya harus selalu diliputi keyakinan, prasangka dan harapan yang baik pula. Oleh karena itu kondisi pikiran dan perasaan memainkan peran yang sangat signifikan dalam menjaga keseimbangan energi. Iri,dengki, hasut, marah, buruk sangka, dendam dll adalah hal-hal yang utama untuk dibersihkan dari dalam jiwa praktisi ruqyah.

Secara husus seorang praktisi harus memiliki laku wirid yang kontinyu agar keadaan diri selalu setabil dalam garis kedekatan kepada Allah.  Sebagai seorang santri saya selalu melakukan wirid-wirid yang di ajarkan dipesantren sebagai rutinitas harian. Hal-hal seperti ini sudah cukup memiliki dampak yang luar bisa bagi pelaku ruqyah. Karena ruqyah adalah sebuah aktifitas husus dalam penyembuhan maka akan lebih baik jika laku ruqyah ini telah mendapatkan ijazah bagi calon praktisi. Sebab dengan mendapatkan ijazah kita akan mendapatkan sanad atau sandaran yang bisa dipertanggung jawabkan secara garis keilmuan. Dan hal ini adalah perkara yang penting didalam tradisi keilmuan Islam.

Bersambug





Silahkan Tinggalkan Komentar Anda :

0 komentar:

Posting Komentar