Membuka Kesadaran

Jika kita membuka kesadaran diri pada kehidupan sehari-hari, kita akan mendapati bahwa kita lebih sering melupakan jati diri kita. Berbagai persoalan hidup yang kita lihat, kita dengar dan rasakan benar-benar menghanyutkan kita pada rangsangan materi disekeliling kita. Akal kesadaran kita setiap hari diperas oleh tuntutan kebutuhan hidup yang seolah menjadi tujuan utama kehidupan ini. Kebahagiaan dan kesuksesan hidup tanpa terasa kita landasi dengan ukuran materi sehingga segala apa yang terbesit di akal pikiran kita adalah bagaimana mendapatkan materi sebanyak-banyaknya bagaimanapun caranya.

Dalam kondisi inilah kita melupakan jati diri. Kita lalai menelisik jati diri kita ini sebenarnya apa, mau apa, dan mau kemana?

Pada posisi yang lain, sebagian kita memiliki cukup pengetahuan tentang hakikat diri dan alam ini. Mereka berilmu dan beriman. Mereka berbuat kebajigan dan berkarya. Namun tak jarang pula mereka juga terjerumus dalam jebakan materi. Jiwa mereka kering dari nilai sepiritualitas hakiki. Ilmu yang mereka miliki justru menjebak mereka pada arus kepentingan nafsu dan dunia belaka. Niat dan tujuan mereka beramal dan berkarya tak ubahnya para kompetitor yang mengejar prestasi dunia. Sehingga yang mereka rasakan dalam kehidupannya seolah jangan sampai mereka kehilangan kesempatan meraih dunia, cara apapun akan dilakukan. Timbulah rasa iri, dengki, hasud yang tak disadari justru mengotori niat dan tujuan mereka dalam beramal dan berkarya.

Di sisi lain, kehidupan matrealis telah menjebak manusia pada lembah kesengsaraan. Pikiran dan hati yang dikotori nafsu duniawi telah banyak menyebabkan ketidak seimbangan dalam hidup. Berbagai penyakit muncul karena pola pikir dan perasaan hati yang tak terkendali. Penyakit fisik yang timbul sebab fikiran dan mental ini disebut psikosomatis.

Mereka yang tidak terampil memenage fikiran dan perasaannya dalam menghadapi tekanan  dan persoalan hidup, cenderung untuk mengalami gangguan psykosomatik, yaitu penyakit fisik yang muncul akibat gangguan emosi. Umumnya mereka tidak menyadari bahwa penyakit fisik yang mereka derita adalah akibat gangguan emosi yang mereka alami. Mereka hanya sibuk mengobati penyakit fisik yang timbul dan tidak memperhatikan masalah fikiran dan perasaan yang menyadi penyebab dari penyakit tersebut.

Menangani gangguan penyakit fisik akibat gangguan emosi tidak cukup hanya dengan mengobati gejala fisik yang timbul, tapi harus dibarengi dengan mengatasi gangguan emosi tersebut. Usaha mengobati gangguan fisik akan sia- sia jika tidak diiringi dengan usaha mengatasi gangguan emosi. Obat-obatan medis yang diberikan hanya untuk mengurangi rasa sakit atau mengurangi efek buruk penyakit tersebut , namun tidak akan mampu menyembuhkan secara sempurna jika penyebab utama nya yaitu gangguan emosi tidak segera diatasi.

Pengaruh Fikiran dan perasaan negatif pada gen dan sel tubuh

Fikiran dan perasaan negatif mempunyai andil yang besar sebagai penyebab gangguan psykosomatik yang dialami banyak orang. Seseorang yang berada dalam keadaan tertekan, stres berkepanjangan atau menghadapi masalah dan problem berat yang tidak pernah terselesaikan , biasanya memiliki fikiran dan perasaan yang negatif. Fikiran dan perasaan negatif ini akan mempengaruhi gen dan sel tubuhnya, yang pada akhirnya akan memunculkan berbagai keluhan pada tubuh dan fisik yang bersangkutan.

Tubuh kita memilki gen yang berpotensi untuk menimbulkan penyakit, dan pada saat yang sama juga memiliki gen yang dapat menyembuhkan penyakit. Pada saat gen yang berpotensi menimbulkan penyakit menyala , kondisi ini akan diimbangi oleh menyalanya gen yang berpotensi menyembuhkan penyakit , sehingga dicapai keadaan yang seimbang dan tubuh kita tetap berada dalam keadaan sehat. Namun begitu keseimbangan tersebut terganggu , penyakit itu akan mulai menyebar keman mana.

Orang yang mempunyai fikiran dan perasaan negatif dan berada dalam keadaan stres berkepanjangan dapat memicu aktifnya gen yang berpotensi untuk menimbulkan penyakit. Emosi yang labil menyebabkan menyalanya gen yang berpotensi untuk menimbulkan penyakit namun tidak diimbagi oleh sel yang mampu menyembuhkan penyakit. Hal tersebut menyebabkan orang tersebut sangat rentan terhadap gangguan berbagai penyakit. Gejala inilah yang umumnya menimbulkan gangguan psykosomatik pada kebanyak orang dewasa ini.

Merasa dan berfikir positip

Orang yang selalu merasa dan berfikir positip memiliki emosi yang stabil, bebas dari rasa stress dan tertekan yang berkepanjangan , mampu meredam aktifnya gen yang berpotensi menimbulkan penyakit. Orang seperti ini mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap berbagai penyakit. Bahkan kadangkala makanan yang menurut perhitungan ilmu kedokteran dapat membahayakannya tidak berpengaruh sedikitpun padanya.

Perasan dan fikiran dapat mengaktifkan gen kita, sebagian besar gen kita yang sedang tidur dapat diaktifkan oleh kekuatan fikiran dan perasaan . Kazuo Murakami Ph D seorang ahli genetika dari Jepang menyatakan dalam bukunya “The Divine Message of the DNA” bahwa faktor faktor positip seperti kegembiraan, sukacita,keyakinan dan do’a dapat mengaktifasi gen gen yang bermanfaat. Sementara faktor negatif seperti kegelisahan , stress, kesedihan, rasa takut, dapat menon-aktifkan gen yang bermanfaat dan nsebaliknya mengaktifkan gen yang tidak bermanfaat (buruk).

Rasa nyaman, bahagia dan tentram juga dapat membangkitkan kekuatan berfikir dan merasa positip bagi setiap orang. Ada beberapa aktifitas yang dapat menimbulkan rasa bahagia nyaman dan tentram didalam hati antara lain, bersyukur, memberi dan bersedekah, ridho dengan apa yang dialami, sabar,tawakkal, menyebar salam dan berbagi kasih sayang, selalu ingat dan menyebut nama Allah setiap saat. Hal ini akan terjadi manakala kita mampu mengelola dan menjaga hati sebagai pusat gerak manusia dengan baik. Rasulullah saw bersabda

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

 “Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ini terdapat segumpal darah. Apabila segumpal darah

itu baik, maka baik pula seluruh anggota tubuhnya. Dan apabila segumpal darah itu buruk, maka buruk pula seluruh anggota tubuhnya. Segumpal darah yang aku maksudkan adalah hati”

-- Hadis Riwayat Al-Bukhari –

Islam mengajarkan perlunya muhasabah, tafakur dan zikir. Ketiga hal inilah yang akan menjadi landasan utama manusia menemukan keseimbangan hidup. Kesehatan, kebahagiaan, ketentraman dan kesuksesan dapat diraih jika manusia mau meluangkan waktunya untuk ketiga hal tersebut.

Ketiga hal ini sebernarnya sudah menjadi pengetahuan banyak orang, karena hal ini memang bukan hal yang langka dalam dunia pengetehuan sebab hal ini banyak kita dapatkan diberbagai pengajian dan kajian-kajian ilmu. Hal ini juga bukan barang baru dalam sebuah ajaran karena sejak dulu telah diajarkan oleh para nabi dan rasul. Namun hal ini masih jarang orang yang memprioritaskannya sebagai bagian inti pengendalian diri.

Jika mereka menyadari akan hal ini, mereka pun tidak lantas menjadikannya sebuah prilaku husus yang ditata dan terprogram dalam keseharian mereka. Hal ini hanya merupakan pengetahuan yang hanya diperbincangkan kepada banyak orang sebagai sebuah obrolan. Namun tidak lantas menjadi sebuah tindakan husus bagi pribadinya. Maka merkapun tak kunjung menemukan solusi hidup yang sebenarnya. Dan tak jarang justru kesadaran mereka akan hal ini menjadi ancaman keyakinan yang menggoyahkan keimanan mereka.

Oleh karena itu, kami dari Majelis Zikir Tanwirul Qulub ingin berbagi dan mengajak siapapun untuk lebih menghususkan diri dalam berzikir kepada Allah dengan metode yang terarah dan terprogram sesuai dengan ajaran Rasulullah saw mengikuti jejak dan cara-cara yang diajarkan oleh para ulama dan masyayih ahli thoriqoh dalam rangka tazkiyatun nufus / pembersihan hati dan pikiran untuk mendapatkan kesadaran diri sejati, menggapai ketenangan batin dan mendapat rahmat serta ridho Allah swt. Sebagai mana janji Allah dalam surat Ar Ra’d (28) : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah, ingatlah, hanya dengan mengingat Allalh hati menjadi tentaram (QS 13:28).

Fitrah Sejati Manusia

Fitrah sejati dari keberadaan manusia dimuka bumi ini adalah untuk mengenal Sang Penciptanya. Inilah tuntutan naluriah dari pencarian mendalam tentang makna hakiki dalam kehidupan. Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan Allah di muka bumi ini. Bahkan manusia adalah pencitraan Tuhan Sang Maha Kekal. Seandainya kita tidak mengenal Allah, maka bagaimana kita dapat menyembah-Nya, memuji-Nya, dan memohon pertolongan pada-Nya?

Hikmah atau ilmu perlu ada dalam diri manusia untuk mengenal Allah, sebagai Tuhannya. Yaitu dengan menyingkap tirai hitam yang menutupi cerminan Qalbu seseorang, membersihkan dan mengikilaukannya sampai bersih sehingga keindahan Ketuhanan yang terbayang pada cermin Qalbu itu akan tampak. Allah ibarat harta tersembunyi dan Ia ingin di kenal. Maka dijadikan-Nya mahluk untuk mengenal-Nya. Oleh karena itu, manusia hendaknya mencari tahu cara, teknik atau metode serta mencari ilmu untuk mengenal Allah (Makrifatullah).

Allah Swt, telah berfirman di dalam sebuah hadis qudsi, yang berbunyi, “Aku laksana harta yang tersembunyi. Aku ingin dikenali. Karena itu, Aku menciptakan semua mahluk.” Kitalah mahluk yang dimaksud dalam hadis tersebut untuk mengenal Zat-Nya yang Mahaagung, dan karena itu wajiblah bagi kita untuk berusaha mengenal-Nya.

Jadi jelas sudah, bahwa tujuan Allah Swt, menciptakan manusia adalah agar mereka mencari ilmu untuk mengenali-Nya. Ada dua peringkat ilmu makrifat. Pertama, ilmu untuk mengenal sifat Allah dan perwujudan kekuasan-Nya. Kedua, ilmu untuk mengenal Zat Allah.

Dalam mengenali sifat-sifat Allah itu, manusia yang masih berdaging dan bertulang ini dapat mengalami dan merasakan hal-hal yang bersifat keduniawian dan keakhiratan, yaitu kita dapat mengenal sifat-sifat Allah melalui pengalaman dan pengamatan terhadap kedua hal tersebut. Tetapi ilmu yang membawa kita kepada pengenalan terhadap Zat Allah terletak dalam Ruh al-Quds (Ruh Suci) yang diberikan kepada manusia agar dapat mengenali rahasia-rahasia Akhirat. Allah menyebutkan perkara ini, seperti dalam firman-Nya:

 “.....dan Kami memperkuatnya dengan Ruh al Quds.....” (QS. Al Baqarah 2:87)

Mereka yang mengenal Zat Allah akan memperoleh ilmu melalui Ruh Suci yang terpendam dalam diri mereka masing-masing. Jadi kedua ilmu itu (mengenal Zat dan mengenal sifat Allah) di peroleh dengan ilmu hikmah atau makrifat. Keduanya pun terbagi menjadi dua aspek, yaitu ilmu batin dan ilmu zahir. Kedua ilmu ini penting bagi seseorang yang menginginkan kebaikan dan kebajikan. Pendek kata, ilmu terbagi menjadi dua, yaitu ilmu yang ada di lidah manusia dan yang ada di dalam qalbu manusia. Inilah yang perlu dicapai dari harapan dan tujuan kita, yaitu mengenal Allah Swt.



Silahkan Tinggalkan Komentar Anda :

0 komentar:

Posting Komentar